Minggu, 08 Desember 2013

bAHAYA narkotika / HIV/AIDS :)

   Ilmu Berbagi juga memberikan pembinaan kepada adik-adik dari segi kesehatan. Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia, yang jatuh pada tanggal 1 Desember, Ilmu Berbagi bekerjasama dengan Yayasan Kelima (Kesatuan Peduli Masyarakat) memberikan program pembinaan edukasi kepada adik-adik binaan Ilmu Berbagi mengenai bahaya Narkotika, Psikotropika & Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dan juga HIV/AIDS. Yayasan Kelima hadir di sekolah binaan kami, SMK ITACO Bekasi pada tanggal 29 November 2013.
Yayasan Kelima merupakan sebuah organisasi masyarakat yang dibentuk pada tahun 2003 dengan nama Pondok Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Masyarakat, yang didirikan atas kerjasama Badan Narkotika Propinsi DKI Jakarta Bidang Prevensi dan Instalasi NAPZA Rumah sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor, selanjutnya pada tahun 2005 Yayasan Kelima dikukuhkan sebagai suatu yayasan hingga kini.
Perwakilan dari Yayasan Kelima, Kak Eny dan Kak Amba, menyapa adik-adik dan memberikan penjelasan mengenai NAPZA dan HIV/AIDS. Tidak dapat dipungkiri NAPZA dan HIV/AIDS sangat erat kaitannya. Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak, sehingga bila disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Penularan HIV/AIDS tidak hanya melalui seks bebas yang tidak aman serta berisiko, melainkan juga dapat melalui jarum suntik yang tidak steril atau dipakai secara bergantian. Seseorang yang sudah kecanduan terhadap narkoba akan kehilangan penalarannya tentang akal sehat, hingga tidak menutup kemungkinan ia dapat melakukan hubungan seks ataupun mengkonsumsi narkoba dengan siapa saja, sehingga peluang tertularnya HIV/AIDS menjadi sangat besar. Adik-adik pun mendapatkan penjelasan, mengenai jenis-jenis narkoba dan juga berbagai istilah yang sering digunakan untuk menyebutnya. Hal ini diperlukan agar adik-adik dapat mengetahui dan tidak terjebak terhadap salah satu zat berbahaya tersebut. Tentunya untuk mencegah diri kita mengonsumsi NAPZA, kita sendiri harus mengetahui dan mengenali apa saja jenis-jenisnya, termasuk zat adiktif yang mudah menguap, seperti lem aibon, thinner, xylene, bensin, spirtus, alkohol adalah termasuk zat adiktif berbahaya yg harus diwaspadai penggunaannya.

Selain narkotika dan zat adiktif, juga terdapat zat psikotropika yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan alam perasaan dari pecandunya. Sehingga bagi siapapun yang mengkonsumsi zat ini, tidak hanya akan mengganggu psikologis diri kita melainkan juga hubungan dengan teman, guru bahkan keluarga. Tidak hanya secara psikologis, berikut ini ciri-ciri fisik dari seorang pecandu narkoba, yaitu :
  1. Tidak peduli dengan lingkungan sekitar
  2. Takut air (sehingga jarang mandi)
  3. Nafsu makan tidak menentu
  4. Mata memerah
  5. Cenderung malas
  6. Berat badan menurun
Kak Amba, salah satu perwakilan dari Yayasan Kelima pun memberikan nasehat kepada adik-adik, bahwa kita harus berani berkata “Tidak” kepada teman yang ingin mengajak kita kepada hal-hal yg negatif. Seseorang yang awalnya hanya mencoba, dapat berdampak pada ketergantungan (adiksi) dan perilakunya pun menjadi berubah secara tidak sadar. Selain mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari mengkonsumsi NAPZA, adik-adik juga diberitahu apa saja sanksi hukum yang dapat diberikan jika kita mengkonsumsi zat berbahaya tersebut. Mulai dari masuk rehabilitasi, sanksi dalam bentuk uang maupun hukuman penjara, hingga hukuman mati. Tentunya ini dapat mempertegas bahwa masa depan kita dapat menjadi hancur hanya karena berawal dari ‘coba-coba’.
Ternyata, hampir 80% konselor dari Yayasan Kelima dahulunya adalah pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS. Namun akhirnya para pecandu narkoba ini berhenti, mendapatkan pemulihan serta pendampingan rehabilitasi, hingga akhirnya mereka dinyatakan bersih dan bekerja menjadi konselor di Yayasan Kelima untuk melakukan advokasi kepada adik-adik yang berada di berbagai daerah agar terhindar dari bahaya NAPZA dan juga HIV/AIDS, serta tidak menjauhi para pecandu narkoba serta penderita HIV/AIDS karena mereka sesungguhnya membutuhkan kita sebagai pendamping untuk keluar dari jeratan tersebut.
Kak Amba pun berbagi pengalamannya saat dahulu menjadi ‘drug user‘. Kak Amba dahulu memakai narkoba jenis putauw sejak masih duduk di bangku SMA, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti dari narkoba pada tahun 2002 dan masuk rehabilitasi selama 1 tahun 8 bulan. Meskipun terbilang sangat cepat, tetapi perjuangannya untuk keluar dari rasa sakit serta kecanduan bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya itu, keluarga, teman bahkan pria pun menjadi memandang sebelah mata terhadap dirinya dan sempat dikucilkan. Pada akhirnya, Kak Amba pun mulai memperbaiki diri serta mendekatkan diri kepada Tuhan, tidak lupa ia pun mengabdikan dirinya untuk mencegah generasi muda mengalami kejadian seperti yang dialaminya.
Pada akhirnya, Kak Eny dan Kak Amba berpesan, bahwa hal yang mampu kita untuk dapat tercegah dari perilaku yang menyimpang, adalah dengan memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua serta guru, dan juga selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Diharapkan melalui edukasi ini, seluruh adik-adik binaan Ilmu Berbagi dapat menjaga dan menjauhi diri dari bahaya NAPZA dan juga HIV/AIDS sejak dini dan menjadi generasi muda yang berani “Katakan TIDAK pada Narkoba!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar