Yayasan Kelima merupakan sebuah
organisasi masyarakat yang dibentuk pada tahun 2003 dengan nama Pondok
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Masyarakat, yang didirikan atas
kerjasama Badan Narkotika Propinsi DKI Jakarta Bidang Prevensi dan
Instalasi NAPZA Rumah sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor, selanjutnya
pada tahun 2005 Yayasan Kelima dikukuhkan sebagai suatu yayasan hingga
kini.
Perwakilan dari Yayasan Kelima, Kak Eny
dan Kak Amba, menyapa adik-adik dan memberikan penjelasan mengenai NAPZA
dan HIV/AIDS. Tidak dapat dipungkiri NAPZA dan HIV/AIDS sangat erat
kaitannya. Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak,
sehingga bila disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik,
psikis/jiwa dan fungsi sosial. Penularan HIV/AIDS tidak hanya melalui
seks bebas yang tidak aman serta berisiko, melainkan juga dapat melalui
jarum suntik yang tidak steril atau dipakai secara bergantian. Seseorang
yang sudah kecanduan terhadap narkoba akan kehilangan penalarannya
tentang akal sehat, hingga tidak menutup kemungkinan ia dapat melakukan
hubungan seks ataupun mengkonsumsi narkoba dengan siapa saja, sehingga
peluang tertularnya HIV/AIDS menjadi sangat besar. Adik-adik pun
mendapatkan penjelasan, mengenai jenis-jenis narkoba dan juga berbagai
istilah yang sering digunakan untuk menyebutnya. Hal ini diperlukan agar
adik-adik dapat mengetahui dan tidak terjebak terhadap salah satu zat
berbahaya tersebut. Tentunya untuk mencegah diri kita mengonsumsi NAPZA,
kita sendiri harus mengetahui dan mengenali apa saja jenis-jenisnya,
termasuk zat adiktif yang mudah menguap, seperti lem aibon, thinner,
xylene, bensin, spirtus, alkohol adalah termasuk zat adiktif berbahaya
yg harus diwaspadai penggunaannya.
Selain narkotika dan zat adiktif, juga
terdapat zat psikotropika yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir dan perubahan alam perasaan dari pecandunya. Sehingga bagi
siapapun yang mengkonsumsi zat ini, tidak hanya akan mengganggu
psikologis diri kita melainkan juga hubungan dengan teman, guru bahkan
keluarga. Tidak hanya secara psikologis, berikut ini ciri-ciri fisik
dari seorang pecandu narkoba, yaitu :
- Tidak peduli dengan lingkungan sekitar
- Takut air (sehingga jarang mandi)
- Nafsu makan tidak menentu
- Mata memerah
- Cenderung malas
- Berat badan menurun
Kak Amba, salah satu perwakilan dari
Yayasan Kelima pun memberikan nasehat kepada adik-adik, bahwa kita harus
berani berkata “Tidak” kepada teman yang ingin mengajak kita kepada
hal-hal yg negatif. Seseorang yang awalnya hanya mencoba, dapat
berdampak pada ketergantungan (adiksi) dan perilakunya pun menjadi
berubah secara tidak sadar. Selain mengetahui bahaya yang ditimbulkan
dari mengkonsumsi NAPZA, adik-adik juga diberitahu apa saja sanksi hukum
yang dapat diberikan jika kita mengkonsumsi zat berbahaya tersebut.
Mulai dari masuk rehabilitasi, sanksi dalam bentuk uang maupun hukuman
penjara, hingga hukuman mati. Tentunya ini dapat mempertegas bahwa masa
depan kita dapat menjadi hancur hanya karena berawal dari ‘coba-coba’.
Ternyata, hampir 80% konselor dari
Yayasan Kelima dahulunya adalah pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS.
Namun akhirnya para pecandu narkoba ini berhenti, mendapatkan pemulihan
serta pendampingan rehabilitasi, hingga akhirnya mereka dinyatakan
bersih dan bekerja menjadi konselor di Yayasan Kelima untuk melakukan
advokasi kepada adik-adik yang berada di berbagai daerah agar terhindar
dari bahaya NAPZA dan juga HIV/AIDS, serta tidak menjauhi para pecandu
narkoba serta penderita HIV/AIDS karena mereka sesungguhnya membutuhkan
kita sebagai pendamping untuk keluar dari jeratan tersebut.
Kak Amba pun berbagi pengalamannya saat dahulu menjadi ‘drug user‘.
Kak Amba dahulu memakai narkoba jenis putauw sejak masih duduk di
bangku SMA, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti dari narkoba pada
tahun 2002 dan masuk rehabilitasi selama 1 tahun 8 bulan. Meskipun
terbilang sangat cepat, tetapi perjuangannya untuk keluar dari rasa
sakit serta kecanduan bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya itu,
keluarga, teman bahkan pria pun menjadi memandang sebelah mata terhadap
dirinya dan sempat dikucilkan. Pada akhirnya, Kak Amba pun mulai
memperbaiki diri serta mendekatkan diri kepada Tuhan, tidak lupa ia pun
mengabdikan dirinya untuk mencegah generasi muda mengalami kejadian
seperti yang dialaminya.
Pada akhirnya, Kak Eny dan Kak Amba
berpesan, bahwa hal yang mampu kita untuk dapat tercegah dari perilaku
yang menyimpang, adalah dengan memiliki hubungan yang baik dengan kedua
orang tua serta guru, dan juga selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Diharapkan melalui edukasi ini, seluruh adik-adik binaan Ilmu Berbagi
dapat menjaga dan menjauhi diri dari bahaya NAPZA dan juga HIV/AIDS
sejak dini dan menjadi generasi muda yang berani “Katakan TIDAK pada
Narkoba!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar